Friday, April 10, 2009

JALAN-JALAN DI JAWA TMUR


Maret pertengahan, waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya nyampe juga. Tepat tanggal 18 Maret 2009 adalah perayaan Hari Raya Galungan. Libur dong, tapi jangan salah loh, liburnya gak sehari itu saja, tapi 3 hari. Galungan bagi umat Hindu di Bali adalah Hari Raya Besar, dan merupakan hari libur panjang bagi masyarakat lainnya tak terkecuali PNS. Disetiap rumah akan terpasang penjor yang berdiri tegak yang menandakan bahwa pemiliknya sedang merayakan Galungan. Penjor...tau gak ? Penjor itu terbuat dari bambu yang utuh setelah dibersihkan dahulu dari ranting dan daun. Kemudian disekelilingnya dililit dengan daun kelapa dan dihias dengan anyaman janur yang indah, dan pada ujungnya akan menggantung sebuah hiasan dari anyaman janur. Indah sekali !!! Sebatang penjor ada yang menghabiskan dana puluhan ribu rupiah, bahkan sampai ada yang menghabiskan puluhan juta rupiah untuk sebatang penjor. Penjor seperti ini umumnya dapat dijumpai di daerah-daerah yang kental dengan seninya atau yang basah dengan Dollar. Penjor merupakan gambaran tingginya nilai peradaban dan Seni masyarakat Bali. Disepanjang jalan kita akan jumpai penjor yang terpasang berbaris rapi menjulang tinggi dan ujungnya melengkung tertunduk seakan menyapa selamat datang bagi setiap umat yang lewat.

Libur lagi....libur lagi....refreshing lagi...refreshing lagi. BALI .......emang benar sih kata orang, BAnyak LIbur. Setelah mengingat, menimbang-nimbang dan berkonsultasi, akhirnya kuputuskan....libur kali ini akan kuarahkan langkah kakiku menuju Pulau Jawa tepatnya Jawa Timur, lebih sempitnya lagi ke Madiun, lebih spesifiknya lagi ke Pagotan. Kenapa harus Madiun ? Saya mempunyai seorang sahabat di sana yang sangat dekat, teman sekamar di asrama waktu pendidikan di Bogor, seangkatan SKMA tepatnya SKMA Samarinda. Dia dah punya 2 ekor anak, sementara beta....... !!! Asyiknya jadi bujangan, kata bibir ini menirukan lagu Koes Plus, tapi batin gw.....mmmmmmm !!! Ini untuk ke 4 kalinya saya mengunjungi kediamannya. Segitu besarnya nilai sebuah persahabatan, hingga rasa kangen itu terlalu mudah untuk muncul lagi. Memang, tanpa kita sadari terkadang seorang sahabat itu lebih dekat dibanding saudara kandung. Terkadang pula seorang sahabat itu lebih mengerti tentang sahabatnyua dibanding diri kita sendiri. Maka tidaklah salah jika Rasulullah begitu mengasihi dan mencintai sahabat-sahabatnya. Beliau tidak rela jika sahabatnya dihina atau dijahati sedikitpun. Sahabat-sahabat Rasulullah menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan tegaknya Islam. Masihkah ada seorang sahabat seperti sahabatnya Rasulullah ? Pasti masih ada !!!

Lanjutin perjalanannya ! Setelah mengumpulkan modal awal dengan berdoa agar perjalanan ini bisa membawa manfaat, hikmah, ilmu dan lindungan-Nya, saya berangkat numpang mobil bos yang ke Sidiorjo. Kulo turun di Bungurasih dan lanjutin ke Madiun. Hari pertama di Madiun langsung diajak menikmati Wisata Air Danau Sarangan di Magetan, berangkat make mobil sahabat gw yang baru aja dibelinya. Indah tenan.....rek. Sejuk, asri, nyaman, elok, murah, dan sejuta pujian yang memuaskan pengunjung. Pulangnya mampir di kota Magetan yang tenang dan melanjutkan wisata belanja. Gw beli sepatu kulit tuk kantoran, asli karya anak bangsa buatan Magetan. Melanjutkan himbauan Pak Jusuf Kalla agar mencintai produk dalam negeri. Kualitas dan model gak kalah jauh ama prodak impor. Harga...jauh men ! Murah buangets ! Memang benar sih himbauan tersebut. Kita harusnya bangga dan percaya ama produk anak bangsa. Saat ini kita telah termakan dan terjebak oleh euforia globalisasi. Kiblat model semuanya memalingkan ke Barat. Gaya, jenis dan merk harus Barat. Harusnya produk dalam negeri bisa menjadi tuan di negeri sendiri, karena kepercayaan orang luar pada prodak kita juga rendah. Jadi bagaimana mau mengubah imej tersebut jika tidak dari kita penghuni negeri ini sendiri. Bukan masalah gengsi pada merk luar, tapi kehidupan itu sendiri memiliki nilai sosial yang sangat kuat. Produk dalam negeri yang menjadi sektor riil negeri ini hanya bisa bergerak jika prodak-prodaknya bisa berputar dalam dunia perdagangan. Pelaku sektor riil ini akan kebanyakan masyarakat kecil/pengarajin home industry. Sangat tidak masuk akal jika 230 juta pasang kaki di Indonesia membangkrutkan pengrajin sepatu karena tidak terbeli. Pokoknya mulai sekarang, gw akan berusaha gunakan prodak dalam negeri, semampuku ! He....eeee !!!

Liburan kali ini tidak dihabiskan semua di Madiun. Saya juga mengunjungi teman-teman lainnya semasa pendidikan di Bogor. Mereka ada yang bertempat tinggal di Ponorogo dan Trenggalek. Sangat bahagia bisa bertemu mereka, apalagi kehadiran saya di sana juga bisa membantu mereka untuk bertemu teman-teman tetangga kabupaten yang belum sempat ketemu karena kesibukannya. Disinilah kita mengambil hikmah untuk bisa menjadikan setiap kehadiran diri kita disisi orang lain bisa bermanfaat dan memberi warna pada kehidupan itu sendiri. Sangat sulit untuk tidak kangen pada mereka, 4 tahun dalam asrama dan kelas yang sama, menjadikan persahabatan itu kental dengan persaudaraan. Syukur alahmdulillah, saya dikaruniai rezeki memiliki teman yang tidak sekedar teman tapi sahabat yang bisa jadi saudara. Dimana-mana, dihampi tiap kabupaten di Pulau Jawa bahkan seluruh Indonesia, saya punya teman di sana. Karunia yang sangat besar, tidak semua bisa menyerupai.

Syukur alhamdulillah, setelah 3 tahun kurang mereka bertugas kebali selepas pendidikan, banyak hal yang telah berubah dari diri mereka terutama dari kesejahtreraan keluarga. Ada yang baru aja kawin, ada yang udah bisa beli mobil, ada yang udah bisa ternak sapi limosin, ada yang dah merampungkan rumahnya, dan ada yang udah jadi pejabat, ada juga yang dah bersiap-siap. Aku sendiri... ? Inilah moment untuk belajar tidak cemburu atas keberhasilan orang lain, tapi ikut mensyukurinya. Yang paling penting adalaha bagaimana belajar atas usaha dan kerja keras mereka dengan meninggalkan keburukannya. Inilah yang menjadi ketakutan saya selama ini. Saya yang berada disekeliling teman-teman yang sudah bekerja, dan sebagiannya sudah menikmati keberhasilannya dapat menjadi sumber kecempburuan. Saya takut terjebak pada rasa iri dengki yang merupakan penyakit hati terbesar. Saya akan berusaha dengan segala kemampuanku dan menerima apa adanya atas apa yang menjadi hakku. Mudah-mudahan dengan ini saya tidak akan lupa dengan Allah Azzawajalla Tuhanku. Amin !!!

Akhir liburan ini diakhiri dengan perjalanan ke Kota Pahlawan, Surabaya. Oleh teman diajak jalan-jalan keliling kota Surabaya, menikmati suasana kota yang tenang, lengang di pagi hari. Menikmati santapan pagi denga sate kelapa di seputara Tugu Pahlawan, setelah melihat-lihat Tugu Pahlawan dan museumnya. Nikmatnyaaaaaa ! Liburan berikutnya kemana ya ? Ikuti episode selanjutnya.



1 comment:

ugiborneo said...

Persahabatan SKMA melebihi "kepompong", SKMA mengubah persahabatan menjadi persaudaraan, kira-kira begitu menurut saya bro :)