Artikel ini diambil dar mailinglist assunnah yang ditulis oleh Abu Farhan, semoga bisa menjadi bahan renungan dan pencerahan bagi tiap umat yang meyakini kebesaran Allah SWT. Amin !!!!
Apa yang seharusnya dicari?
(1) Apabila setiap mu'min melakukan segala sesuatu karena hanya mencari keridhaan Allah subhanahu wata'ala semata, dia akan menganggap celaan, kecaman, cemoohan, caci-maki, ataupun hinaan itu serupa halnya dengan pujian, sanjungan, penghargaan, ataupun penghormatan. Mengapa? Karena dia tidak mencari pujian dan tidak terpengaruh oleh hinaan.
Apa yang harus dilakukan kepada diri sendiri?
(2) Suatu kerugian besar (membuang energi dan waktu) bila seorang mu'min memikirkan hinaan dan fitnah dari pihak lain; apalagi apabila fitnah itu tidak benar.
(3) Jauh lebih bermanfaat apabila mu'min bermawas-diri, lalu sibuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan pada dirinya.
(4) Boleh jadi ada pihak yang sakit hati, lalu memfitnah dan menghina. Tanggapan kurang baik dari pihak lain hanya patut dianggap sebagai "umpan-balik" .
(5) Mu'min diajarkan untuk selalu "mengaku telah melakukan dosa-dosa" dan kemudian "memohon ampunan-Nya" . Ini "langkah awal bagi segala kebaikan" yang Allah subhanahu wata'ala berikan.
Apa yang harus dilakukan kepada pihak yang mendhalimi?
(6) Adab sesama muslim ialah saling menasihati dan bukan saling menghina/merendahka n.
(7) "Memaafkan" itu tindakan mulia. Allah subhanahu wata'ala mengajarkan demikian, yang kemudian diteladankan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
(8) Akan lebih mulia lagi apabila seorang mukmin mampu "mendoakan orang yang mendhaliminya" agar Allah subhanahu wata'ala memberinya petunjuk. Diakui bahwa sikap ini tidak mudah dilakukan karena perlu berlatih keras.
(9) Allah subhanahu wata'ala mempunyai catatan setiap kebaikan dan keburukan yang dilakukan oleh setiap manusia. Biarlah Dia yang membuat perhitungan sendiri kepada pihak yang dhalim. Biarlah Dia sendiri (dan bukan kita) menegur/mengingatka n orang tersebut, kecuali apabila Allah subhanahu wata'ala mengampuni kesalahan orang tersebut. Tetapi ini bukan urusan kita. Kita harus ingat bahwa "tidak ada perbuatan di dunia ini yang tidak berbalas".
Apa manfaat memaafkan kesalahan pihak lain dan mendoakan kebaikan baginya?
(10) Apabila mu'min mampu memaafkan kesalahan pihak lain dan mampu mendoakan kebaikan bagi orang tersebut, maka "sakit hati" insyaAllah akan hilang dari dalam hatinya. Sesungguhnya, memendam perasaan seperti ini hanya menyebabkan "penyakit hati" yang "merusak diri sendiri". Apabila dia mampu memaafkan tindakan buruk pihak lain, maka pikirannya jernih, perasaannya tanpa ganjalan, perilakunya apa adanya (polos; tidak dibuat-buat) , dan hidupnya tenang. Adakah yang lebih penting daripada "ketenangan" di dunia ini dengan mencari keridhaan Allah subhanahu wata'ala?
Semoga bermanfaat.
Wa'alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh,
Sunday, July 22, 2007
MENGHILANGKAN DENDAM DAN BERSIKAP IKHLAS
Diposting oleh Hamiudin di 9:16 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment