Thursday, July 12, 2007

MAUT DI JEMBRANA !!! (Sebuah Cerita Pengabdian Sampai Akhir Hayat)

Mudah-mudahan kisah nyata ini bisa menjadi inspirasi bagi Anda terutama yang berprofesi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), karena ternyata bidang kerja kita benar-0benar mengharapkan pengabdian yang tulus ikhlas, tanpa mengenal hari libur pun, jika tugas menghendaki demi masyarakat maka kita harus turun lapangan. Apapun resikonya termasuk harus mengorbankan nyawa sekalipun karena demikianlah panggilan tugas negara. Dengan berprinsip kerja dengan hati, bekerja untuk ibadah, saya siap.
Kecelakaan maut dialami rombongan yang menumpang mobil dinas (mobdin) Kadis Pertanian, Kehutanan dan Kelautan (Perkutut) jenis taff plat merah DK 693. Mobdin tersebut jatuh dan masuk jurang di wilayah Dauh Pangkung Jangu, Poh Santen, Mendoyo, dengan kedalaman 75 meter Minggu (17/6) sore lalu.

Kejadian ini merupakan kejadian kedua kalinya mobil jatuh di lokasi ini. Sebelumnya sebulan yang lalu mobil Feroza juga jatuh dan hancur di kedalaman 70 meter di lokasi yang sama. Namun, dari ketiga penumpang semuanya selamat termasuk bayi yang ada di dalamnya.
Dalam mobil dinas yang jatuh pada Minggu sore itu ada lima orang penumpang yaitu sopir Staf Dinas Perkutu Bagus Suartawan, pakar Hukum Unud yang menjadi tim ahli LSM Kalimajari Wayan Windia, staf teknis Dinas Perkutut Wayan Suarka, Bendesa Adat Poh Santen Gusti Komang Suryadyasa dan Klian Dinas Dusun Dauh Pangkung Jangu Made Wiarsoma.
Dari kejadian itu mengakibatkan Wayan Suarka yang saat itu duduk di jok tengah meninggal dunia dalam perjalanan ke RS Sanglah. Wayan Windia yang duduk di depan atau samping sopir mengalami retak di tulang selangka dan dirujuk di RS Sanglah. Made Wiarsoma mengalami patah pada kaki kiri dan kini dirawat di RSU Negara. Sedangkan Gusti Komang Suryadyasa mengalami luka memar dan lecet-lecet. Sedangkan Bagus Suartawan selamat.
Kadis Perkutut Subaktyanu Senin (18/6) mengatakan sebelum kejadian rombongan itu berada di kantor Desa Poh Santen dalam rangka kegiatan pembekalan masalah GERHAN kepada peserta. Kegiatan sudah dilakukan sejak Jumat lalu. Kemudian pada hari Minggu lalu itu pihaknya mendatangkan pakar hukum Wayan Windia yang juga merupakan utusan dari Kalimajari. Saat itu Wayan Windia memberikan materi dari pagi sampai siang. Kemudian diadakan sidang kelompok dan pleno. Saat rehat, Wayan Windia ingin melihat kondisi hutan di wilayah Poh Santen.
Menurut salah seorang sumber di TKP kemarin mengatakan saksi pertama di TKP adalah Gede Wiarma. Saat Wiarma berhenti di sebelah Pura Puncak Sari, mobil rombongan itu juga sempat berhenti dan bertanya masalah hutan. Kemudian mobil itu menuju ke atas dan di tanjakan yang cukup tinggi tiba-tiba mobil sempat mundur dan akhirnya jatuh.
Alm Wayan Suarka akhirnya diaben Selasa (19/6). Adik korban Wayan Budiarta di rumah duka di Br. Taman Batuagung Negara kemarin mengatakan kakaknya itu meninggalkan dua orang putra putri yang sedang melanjutkan kuliah.



1 comment:

H n R said...

Turut berduka cita...